Sunday, September 28, 2014

Wayang Kulit Inspirasi Rupa & Industri Kreatif



Wayang sebagai Kesenian Kuno, ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu dari 90 maha karya kesenian warisan dunia yang diakui. Penetapan itu berdasarkan hasil sidang UNESCO pada 20-24 November 2005 lalu. Penetapan ini merupakan yang ketiga kalinya dilakukan oleh badan dunia tersebut terhadap kesenian tradisional Indonesia . Penetapan pertama dilakukan UNESCO pada tahun 2003 lalu.

Cerita diawali oleh beberapa fakta yang muncul belakangan ini, mulai terdapat kerinduan khususnya dikalangan muda sangat tertarik menggali nilai nilai budaya Indonesia. Fenomena di facebook, website yang bermunculan memperlihatkan kerinduan kerinduan tersebut, namun masih tampaknya kurang begitu dalam karena kurangnya dukungan dari berbagai pihak yang memahami budaya Indonesia khususnya perwayangan di Indonesia.

Cerita wayang bersumber pada buku Ramayana dan Mahabarata (±5000 SM), terceritakan dalam berbagai jenis wayang yang ada di Indonesia diantaranya :

1. Wayang purwa – Wayang purwa disebut juga wayang kulit karena terbuat dari kulit lembu. Penyaduran sumber cerita dari Ramayana dan Mahabarata kedalam bahasa jawa kuna dilakukan pada masa pemerintahan raja Jayabaya . Pujangga yang terkenal pada masa itu ialah Empu Sedah, Empu Panuluh dan Empu Kanwa. Sunan Kalijaga salah seorang walisanga pada jaman Demak (abad XV) adalah orang yang pertama kali menciptakan wayang dari kulit lembu. selain kulit lembu ada juga yang menggunakan kulit kerbau bahkan disuatu daerah ada yang menggunakan dengan kulit manusia.

2. Wayang golek – Banyak orang yang menyebut wayang tengul. Wayang ini terbuat dari kayu dan diberi baju seperti layaknya manusia. Sumbernya diambil dari sejarah, misalnya cerita Untung Surapati, Batavia Sultan Agung, Trunajaya dll. Wayang golek tidak menggunakan kelir\layar seperti wayang kulit.

3. Wayang krucil – Banyak orang menamakanya wayang kllithik. Wayang ini terbuat dari kayu, bentuknya mirip wayang kulit. Biasanya meceritakan Damarwulan dan Majapahit. Untuk menancapkan Wayang klithik tidak ditancapkan di pelepah pisang seperti wayang kulit tetapi menggunakan kayu yang telah diberi lubang lubang.

4. Wayang Beber – Wayang Beber terbuat dari kain atau kulit lembu yang berupa beberan atau lembaran. Tiap beberan merupakan satu adegan cerita. Bila sudah tak dimainkan maka bisa digulung .Wayang ini dibuat pada zaman kerajaan majapahit.

5. Wayang gedog – Bentuknya hamper mirip wayang kulit. Sumber ceritanya berasal dari jawa seperti: Banten, Singasari, Mataram, Kediri, dll. wayang gedog hapir punah kita hanya dapat menjumpai tahun 1400

6. Wayang Suluh – Pementasan wayang suluh ini biasanya untuk penerangan masyarakat. Wayang ini tergolong wayang modern. Terbuat dari kulit yang diberi pakaian lengkap lazimya manusia gambarnya pun mirip manusia .ceritanya diambil dari kisah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.

7. Wayang Titi – Wayang titi adalah wayang china. Sumbernya berasal dari cerita china. Wayang ini bisa kita jumpai di perkampungan china atau klenteng.

8. Wayang Madya – Wayang ini di ciptakan oleh K.G Mangkungara IV pada awal abad XVIII. Sumber ceritranya diambil dari cerita Pandawa setelah perang Baratayuda, misalnya prabu Parikesit

9. Wayang Wahyu – Wayang yang satu ini juga sering disebut wayang Bibel Cerita wayang ini berasal dari kitab injil. Diciptakan oleh Bruder Themotheos untuk menyiarkan agama Kristen.

10. Wayang Orang – Cerita wayang purwa yang dipentaskan oleh orang dengan busana seperti wayang sumbernya pun sama dengan wayang purwa.

11. Wayang Pancasila – Adalah cerita wayang mirip wayang purwa bedanya tokoh-tokohnya adalah pejuang-pejuag bangsa Indonesia ceritanya pun tentang perjuangan Bangsa Indonesia

Dan masih banyak jenis jenis wayang lainnya di Indonesia yang sangat mengakar pada budaya setempat, diantaranya: Wayang Kancil, Wayang Calonarang, Wayang Ajen, Wayang Sasak, Wayang Sadat, Wayang Parwa, Wayang Kayu, Wayang Golek/Wayang Thengul (Bojonegoro), Wayang Menak, Wayang Papak/Wayang Cepak, Wayang Klithik, Wayang Orang, Wayang Suket, Wayang Gung, Wayang Timplong, Wayang Arya, Wayang Potehi, Wayang Gambuh, Wayang Parwa, Wayang Cupak, dll
Wayang juga ada yang menggunakan bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Betawi, bahasa Palembang dan bahasa Banjar. Menurut daerahnya wayang juga dibagi atas : Wayang Jawa Yogyakarta, Wayang Jawa Surakarta, Wayang Kulit Gagrag Banyumasan, Wayang Bali, Wayang Kulit Banjar (Kalimantan Selatan), Wayang Palembang (Sumatera Selatan), Wayang Betawi (Jakarta), Wayang Cirebon (Jawa Barat), Wayang Madura dan lain lain.

Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia sebelum abad ke IX Masehi. Setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmurnya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga India Mpu Walmiki.

Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan deangan memperkaya falsafah Jawa kedalamnya. Contohnya, karya Empu Kanwa – Kekawin Arjunawiwaha, yang merupakan gubahan yang berinduk pada Kitab Mahabarata. Gubahan lain adalah Kekawin Baratayuda karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 – 1160).

Wayang adalah bentuk pengejawantahan budaya yang sangat istimewa karena memiliki sifat-sifat adiluhung dan edipeni, yaitu sangat agung, luhur, dan juga indah (etika dan estetika). Para sarjana dunia telah menyebutkan wayang sebagai bentuk drama yang paling canggih di dunia. Wayang berfungsi sebagai tontonan dan tuntunan, dan merupakan gabungan lima jenis seni, yakni :

1. Seni Widya (filsafat dan pendidikan)
2. Seni Drama (pentas dan musik karawitan)
3. Seni Gatra (pahat dan seni lukis)
4. Seni Ripta (sangit dan sastra)
5. Seni Cipta (konsepsi dan ciptaan-ciptaan baru)

Diskusi yang ditutup tanpa kesimpulan ini, menggelitik rasa, pikiran dan hati hadirin, dimana merupakan PR besar dimana banyak diatara kita telah melupakan sejarah dan budaya bangsa sendiri dan terlalu terpukau oleh budaya asing.

Industri Seni Rupa dan Kreatif yang berkembang di Indonesia, hampir sebagian besar meniru karya karya import yang dinilai lebih menjual. Padahal Karya karya seni rupa dan kreatif selalu merupakan catatan sejarah sebuah peradaban manusia, hasil dari pengejawantahan budaya. Sebuah bangsa menjadi bangsa yang besar tidak akan melepas akar budayanya. Jepang sebagai suatu Negara yang telah mampu memajukan Negara dengan berakar pada budaya yang kuat. Bagaimana dengan Indonesia?

Inti dari diskusi Wayang Kulit, Inspirasi Rupa dan Kreatif Industri adalah :

1. Wayang Kulit (Jawa) merupakan pencapaian karya rupa kolektif masyarakat budaya Nusantara yang berproses dalam penyejarahan panjang, sejak zaman pra Airlangga (Bali) hingga Mataram Baru.

2. Wayang Kulit bisa dikelompokkan ke dalam seni grafis karena sangat ornamentik, dekoratif, stilatif dan simbolik.

3. Optimalisasi garis wajah dan garis tubuh pada setiap helai / tokoh Wayang Kulit memiliki karakteristik yang unik, khas dan mudah diingat.

4 Banyak ragam hias, pola garis, bidang, bentuk dan warna yang bida dioptimalkan sebagai inspirasi rupa.

5. Untuk memaknai keindonesiaan kontemporer dan persinggungan ekonomi-industri global, seluruh keberadaan wayang kulit dapat dikedepankan sebagai titik tolak pengembangan kreatif industri. (bersambung)

6. Langkah kunci yang harus dilakukan adalah: 1. Penggalian dan pendalaman. 2. Penyediaan. 2 Ketersediaan.

7.Perlu ada perisetan lebih jauh untuk memetakan lebih rinci seluruh potensi rupa yang ada pada Wayang Kulit 
Perlu ada tindakan pengembangan dengan menempatkan ornamen, motif penggayaan dan termasuk berbagai pernik fashion, aksesoris, dan lain-lain, untuk ditawarkan sebagai patron – insirasi rupa (grafis). 
Media penyediaan harus bersifat menyeluruh dan aplikatif, serta mudah ditemukan (didistribusi dgn baik) hingga mencapai tingkat ketersediaan yang kuat berdampatk industri.

8. Pengembangan huruf Palawa dalam pencitraan seni grafis kontemporer dan dominasi motif lowbrow dalam perupaan saat ini tidak terlepas dari kesadaran, tindakan dan upaya kreatif dalam paradigma industri seperti yang didiskusikan. Semoga bermanfaat. Salam Kreatif.

No comments:

Post a Comment